Entri yang Diunggulkan

SEJARAH : OMNIBUS LAW

8 oktober 2020   Dimulai saat massa aksi berkumpul disuatu titik untuk bergerak. Long march dimulai ratusan mahasiswa almamater biru b...

Rabu, 28 Agustus 2019

SHORT STORY : RASISME IN AL`S EYES

Malam itu Al tak bisa tidur,  dia larut dalam lamunannya.  Angin yang dingin mengetuk ngetuk jendela kamarnya yang terletak di lantai dua rumah kontrakan itu. Sementara sisa sisa hujan badai masih terasa membuat dingin kamar al lewat ventilasi udara kamarnya. Al membayangkan bagaimana rasanya menjadi ras ataupun suku atau etnis yang selalu di pandang sepele dan remeh oleh etnis atau  suku yang lainnya. Ditengah lamunannya Seketika terdengar suara ketukan dari kamarnya. 
"Tok tok tok Halo Al..  Al.. Kau belum tidur " Suara zi teman satu rumah al.  Mereka mengontrak rumah itu dengan beberapa teman temannya yang lain. 
Al bangkit dan membuka pintu kamarnya. 
" Belum zi ada yang mengganggu pikiranku malam ini. Lalu ada apa kau ke sini?"
"Ohh begitu. Tidak hanya ingin memberikan ini."  Sambil menyodorkan sesuatu yang terbungkus dalam kantong plastic.
"Apa ini? "
"Tadi iva datang ia membawakan kue Nagasari buatan ibunya Katanya ada acara kecil kecilan dirumah nya. Aku takut tidak enak lagi kalau menunggu besok baru dimakan. Soalnya kulkas kita kan sedang rusak. "
"Oh iya terimakasih zi"
"Iya sama sama. Hmm kalo boleh tau nih, apa sih yang sedang mengganggu fikiranmu,  malam malam dingin begini kan ya enaknya tarik selumut, terus ngorok? Hahaha.."
"Ini."   Al menunjukkan koran hari ini dan menunjukkan detail bagian yang dia maksud. 
"Ohh rasisme yang terjadi di beberapa Kota di jawa itu ya? Aku heran kenapa bisa seviral ini. Padahal kan kasus ini punya prosedur hukum sendiri. Tinggal tuntut saja para pelaku maka selesai. " Ujar zi dengan Nada kesal. 
"Ini yang ku bingung kan zi. Kita tahu bahwa selalu ada oknum di dalam kelompok.  Selalu ada buah busuk diantara buah segar didalam keranjang.  Dan itu menyebar bagai virus kanker"
"Kupikir ini memang sudah kodratnya Al,  tuhan menciptakan kita berbeda untuk saling mengenal namun dengan resiko untuk berpecah belah karena mengagungkan rasnya sendiri. Kupikir tuhan telah melakukan kesalahan dengan menciptakan manusia dengan berbagai ras, tapi juga menciptakan hawa nafsu, ego dan kesombongan. Astaghfirullah.."
"Tuhan memang menciptakan perbedaan atas budaya, ras,  dan etnis. Tapi yang membungkus ras,  budaya dan etnis itu dalam kemasan kebencian dan kemarahan adalah manusia. " Suara itu datang dari arah pintu masuk Kamar al. Iva berdiri sambil menyandarkan bahu kanannya di kusen pintu yg sedang terbuka. 
"Lah Iva mengagetkan saja. Bukannya tadi udah pulang?"
"Tadi aku udah agak jauh sih dari rumah ini tapi ternyata gerimisnya jadi deras jadi aku putar balik"
Sementara Zi dan Iva berdialog,  Al begitu terkesima dengan kata kata yang keluar dari mulut Iva. Iva memandangi wajah al yang penuh dengan pertanyaan berjalan mendekati Al dan Zi. Iva memgang bahu Al sebelah kiri dengan tangan kanannya
"Al,  kamu harus yakin. Bahwa perbedaan yang diciptakan Tuhan itu rahmat, titik. hanya orang yang tidak beriman yang membuat nya menjadi bencana. Dan ingat Al, bahwa tuhan pernah berfirman bahwa jika tuhan mau niscaya dia jadikan manusia satu umat saja. Karna bagi kita Al, orang yang punya keyakinan dan kepercayaan akan tuhan akan Menganggap bahwa sebenarnya kehidupan ini hanya lah persinggahan.  Dan tidak pernah berharap untuk tinggal selamanya disini."
Mereka diam sejenak dan seketika dilanjutkan oleh Iva "Dan tugas kita di tempat persinggahan adalah? "
"Adalah? " Ucap zi. 
"Adalah mengumpulkan bekal sebaik mungkin untuk menuju kehidupan kekal" Jawab iva
Lalu Al memandangi wajah Zi dan Iva dan serentak mereka berkata "akhirat!"
Mereka pun tersenyum dengan senyum kepuasan. 
"Ya kau benar Iv,  dan segala perbedaan yang ada pada manusia adalah cobaan untuk bagaimana manusia agar tidak merasa lebih baik dari pada yang lain serta mampukah manusia menunjukkan sikap kemanusiaan yang baik." 
"Kesimpulan yang bijak Zi" Lanjut Iva
"Iv tidur di Kamar ku aja malam ini. Mungkin aku ingin berguru sedikit. Hehe.."
"Ah lebay kamu hahaha. "
Malam itu iva menginap dirumah kontrakan itu sebab hujan yang di Kira akan reda malah semakin menjadi jadi. Malam itu mereka langsung tidur sebab Al melihat Iva begitu lelah setelah seharian membantu ibunya membuat acara syukuran dirumahnya. Mereka pun tertidur lelap diiringi detak jarum jam yang bergantung disalah satu dinding Kamar Al. Hangatnya selimut sekejap membuat mereka tertidur pulas. Hingga pada pukul 2 dini hari Al terbangun dia hendak menunaikan hajat ke Kamar Mandi yang berlokasi diluar Kamar tepat di depan tangga untuk turun ke lantai bawah. Selesai menuntaskan hajat nya dari Kamar mandi, Al memandang kebawah dan melihat lampu dibawah masih menyala, terdengar pula suara percakapan di lantai bawah. Al yang diikuti rasa penasaran turun kebawah untuk melihat keadaan. Dan ternyata benar Zi dan An saudara sepupu Zi masih berbincang di meja makan. Seketika An melihat Al. 
"Ehh Al, belom tidur? "
"Ohh enggak tadi Aku uda tidur cuman Aku liat lampu dibawah kok belom mati makanya mau check. Ternyata kalian berdua masih ngerumpi. "
"Iya Al lagi seru soalnya, si An ini baru aja mewawancarai seorang professor pakar ilmu filsafat perihal kasus rasis yang kita bahas sebelumnya. Dan pandangnnya cukup menarik"
Al langsung segar kembali mendengar itu. Seolah rasa kantuknya hilang begitu saja. 
"Ah benarkah? "
"Dia mengonsentrasikan pada beberapa hal Al, utamanya terkait politik. Coba An kamu ceritakan lagi biar tak penasaran ni anak hahaha" 
An pun mulai memperbaiki duduknya dan memejamkan matanya sejenak sambil menghela nafas. An sedang mencoba mengembalikan konsentrasi dan menghilangkan rasa kantuknya yg mulai datang. 
" Fyuhh.. Mulai dari mana ya. Oh begini Al beberapa waktu lalu saya menemui seorang professor untuk dimintai analisa serta sebagai bahan untuk ditulis di media, baik cetak maupun digital. Biasalah amanat dari kantor. Yang menarik dari wawancara itu adalah seorang professor itu mengatakan ada indikasi bahwa segala problem yang terjadi telah di atur sedemikian rupa. Kita tahu bahwa gerakan separatists OPM masih eksis meski banyak bersifat bawah tanah. Tapi yang menarik adalah organisasi daerah mahasiswa khususnya yg berasal dari Papua mungkin saja dan bisa jadi telah terjaring oleh kelompok separatis itu. Karna kita tahu persoalan awalnya adalah perkara bendera Indonesia di perlakukan secara tidak hormat. Kita bisa lihat disana ada percik api untuk segera merambat cepat dan itu terjadi. Lihat banyak provinsi yang berada mahasiswa Papua didalamnya menggalang aksi.  Dan sampai chaos di kota manokwari,  sampai mematikan aktivitas di kota tersebut. Perasaan yang terluka dibalut dengan dendam dan diolah membuat kerusuhan."
"Dan setelah ini."
" Setelah ini apa?"
" Setelah ini isi tuntutan di aksi aksi berikutnya adalah referendum!"
Mereka terdiam dengan sesak. Kenapa sampai sejauh ini kasus yang dilakukan oleh hanya beberapa oknum Dan tidak bisa di katakana mewakili bangsa Indonesia secara utuh sama sekali.
"Sekarang penyelesaian masalah ada pada satu orang. Sang pelindung rakyat.  Sang pemimpin bangsa. Panglima tertinggi.  Pembuat dan pelaksana pemerintahan, sang pemersatu setiap sendi kearifan dan kebudayaan. Sang pemersatu bangsa Indonesia. Penjaga NKRI. DIA LAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. "